Catatan Cuaca
apa kabar bibirmu hujan, masih mencium tanah dan tak mendapatkan
balasan? aku telah menempuh umur dan meninggalkan kenangan yang berkarat di
kepalaku. bagaimana denganmu? kudengar kau tak pernah lagi datang bersama
warna. hanya wajah dingin dan kaku yang biasa. kau tak sedang dikejar-kejar
malaikat maut, bukan?
aromamu terlalu memikat untuk ditepis. kau tahu itu?
apa kabar bibirmu hujan, masih menunggu sebuah ciuman yang mampu
mengembalikanmu ke atas awan? aku telah membuang kanvas tempat aku pernah
melukismu puluhan tahun yang lalu. percuma. tak ada yang bisa kutangkap darimu
selain kekosongan yang enggan dimasuki. kesunyian yang menolak apa saja.
tapi aromamu telah terlalu dalam terhirup. kuhirup.
apa kabarmu, lagi?
Di Suatu Malam, Semacam Anafora
ini malam betapa kunang, bintangnya gugur ke muka danau
gugur sebab menyerah tertawan tawar matamu
ini danau betapa kilau, terpapar sipu sinar purnama
tersipu sebab kepadanya tak henti lambai rambutmu
ini purnama betapa sendu, terhisap gelap bayangku
bayangku yang menyusut dan menghilang tersudut pahit
senyum bibirmu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar